Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

2 Hari Bareng Eva Celia

It was such an amazing experience! Satu kalimat yang mewakili dua hari jadi LOnya Eva Celia untuk Konser Senggigi Sunset Jazz Festival yang diadain di Lombok, tanggal 9 Desember kemaren. Awalnya surprise banget waktu suatu hari, tiba2 dapet whatsapp dari Mbak Githa, "Mau gak jadi LOnya Eva Celia?" Oh my God!!! Can you imagine my feeling? Saya yang biasanya kalo gabut di kantor suka streaming lagunya Eva Celia dan Ayahnya Indra Lesmana, tiba-tiba diminta jadi LOnya. Wah! Ini hidup kok ajaib banget ya.. Kira2 gitu deh suara hati saya sambil jingkrak-jingkrak saking bahagianya. Jujur di awal, saya gawah banget gak tau apa itu jadi LO artist lol. Trus langsung aja gitu search di google baca-baca artikel di blog orang-orang yang pernah punya pengalaman jadi LO artis. Kalau kata tante Wikipedia sih, LO atau Liaison officer adalah seseorang yang bertugas menghubungkan dua lembaga untuk berkomunisasi dan berkoordinasi mengenai kegiatan antarlembaga. Tapi menurut hemat saya s

Meet Dachi!!! Awardee LPDP di UPI Bandung

 "Siti Nurul Hidayati a.k.a Dachi" Mendapatkan beasiswa S2 penuh di kampus ternama Indonesia dari program beasiswa pemerintah yang terkenal sangat selektif merupakan kebanggaan tersendiri bagi Siti Nurul Hidayati. Gadis cantik yang akrab disapa Dachi ini adalah seorang awardee LPDP di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada jurusan Magister Pendidikan Bahasa Inggris. "Bangga bisa menjadi salah satu awardee LPDP karena bisa mendapatkan banyak sekali pengalaman dan bertemu orang-orang hebat. Sungguh bersyukur bisa melanjutkan sekolah tanpa membebani orangtua," tutur gadis kelahiran Ketangga, 31 oktober 1993 ini. Dalam wawancara, Dachi menjelaskan keberhasilannya meraih beasiswa yang saingannya bisa sampai beribu-ribu ini dikarenakan sejak tahun 2011 ia telah berencana untuk melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi. Dengan kata lain, ia telah fokus mempersiapkan segalanya sejak awal. Dedare Lombok Timur tulen ini mengaku mejalani kehidupan akademi

Lihat ke dalam Mata Mereka (Korban Gempa Lombok 7 sr)

(Bu Fajariah bersama Putranya Muhammad Jaelani masih diselimuti duka atas kematian Putra sulungnya yang menjadi korban gempa Lombok 7 sr. Foto: Ricko Rullyarto) Siang yang terik menjelang pukul 14.00 WITA. Di depan Gedung Bupati Lombok Utara yang hampir rubuh. Sehari setelah gempa berkekuatan 7 sr (5/8), seorang Ibu paruh baya, Fajariah, tengah menyuapi anak lelakinya Muhammad Jaelani (4) yang tampak bersemangat menyantap satu cup pop mie. Sekilas mereka tampak biasa saja, kalau saja orang-orang tidak melihat langsung ke arah mata mereka. Mata mereka tampak merah sembab, masih menyimpan luka dan duka. Tak lama buk Fajar, panggilan akrabnya, bercerita dengan suara serak menahan tangis bahwa Gempa berkekuatan 7 skala richter yang mengguncang Lombok kemarin, merenggut nyawa anak sulungnya Deni Irawan (17). Saat gempa berlangsung, Bu Fajar bersama suami, dua anaknya, tengah menonton TV di ruang keluarga. Sementara si sulung tengah mengaji di surau bersama teman-temannya. &qu

Saat Bencana, Terkutuklah Penyebar Ujaran Kebencian dan HOAX

Bencana itu sendiri sudah mengerikan, jadi lebih mengerikan berkali-kali lipat jika ditambah dengan munculnya banyak hoax dan ujaran kebencian yang di politisasi di sosial media. Lucunya, ini seringkali terjadi di Indonesia. Seperti yang terjadi baru-baru ini, 3 kali Gempa kuat dan ratusan kali gempa susulan yang mengguncang Lombok Nusa Tenggara Barat (29/07). Selain mengundang simpati dan empati banyak orang ternyata juga langsung diikuti hoax dan ujaran kebencian terhadap kelompok politik tertentu. Hoax pertama yaitu beredarnya kabar bahwa akan terjadi gempa susulan lengkap dengan waktu tepatnya akan terjadi. Kabar bohong yang beredar kira-kira dua jam setelah gempa besar ini langsung dikonfirmasi oleh BMKG bahwa tidak ada yang mampu memprediksi terjadinya gempa susulan. Sayangnya meski sudah dikonfirmasi, postingan hoax itu masih saja trus dibagikan hingga malam hari. Bahkan ada juga yang menscreenshoot berita terpotong lalu menyebarkan seolah-olah berita tersebut adalah pe

Nenek 120 Tahun dan Tekonya

Saat gempa berkekuatan 7 skala richter membuat rumah-rumah di sekeliling rumah Puq Jati mulai ambruk, perempuan yang telah berusia 120 tahun itu masih berada di dalam rumahnya. Fatahul Haziz (30) salah seorang cucunya dengan sigap kembali masuk ke rumah dan menggendong perempuan tertua di desanya itu dan membawanya keluar dari rumahnya. Beruntung, puq Jati berhasil keluar dengan selamat, tanpa terluka oleh reruntuhan rumahnya. Puq Jati, perempuan tertua di Dusun Orong Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, menurut kesaksian keluarga dan warga di desanya telah berusia 120 tahun. Menurut keterangan anak ke-7nya, Dahrim yang telah berusia 60 tahun lebih, ibunya tersebut memiliki 9 anak, dimana dua di antaranya telah meninggal dunia. Anaknya sendiri yang telah meninggal diperkirakan berusia 80 hingga 70 tahun lebih. "Saudara saya ada sembilan, dua sudah meninggal," jelas Dahrim yang dalam kondisi sakit-sakitan. Puq Jati sendiri sebelum serentetan gempa yang mengguncang Lombo

Raksasa Gempa dan Putri Kecil

Suatu hari seorang raksasa yang amat besar datang ke sebuah desa. Raksasa itu bernama Gempa, kakinya ada tujuh dan matanya ada 6. Raksasa gempa sangat menyeramkan. Raksasa Gempa menghancurkan seluruh rumah-rumah yang ada di desa. Orang-orang menjadi sangat ketakutan, juga sedih, dan terluka. Sedih karena rumah-rumah yang mereka tempati hancur. Dan mainan anak-anak juga rusak. Banyak juga yang hilang entah kemana. Karena desa mereka telah hancur, orang-orang pergi mengungsi di tanah lapang. Mereka membuat tenda-tenda untuk mengganti rumah mereka. Tenda-tendanya berwarna-warni. Ada yang berwarna biru, hijau, oranye, cokelat. Seperti pelangi. Tapi orang-orang tetap sedih. Suatu hari ada seorang Putri kecil yang rumahnya juga hancur. Tanpa sengaja, ia menemukan Raksasa Gempa. Ia sangat ketakutan melihat tubuh Raksasa Gempa yang besar dengan tujuh kaki dan enam mata. Seram sekali. Tapi, Putri Kecil ingat pesan Ayahnya. Ia tidak boleh takut. Ia harus jadi putri yang pemberani. Kar