Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Bagaimana Kami Masih Hidup Setelah Dibunuh: Napak Tilas Pembekuan UKPKM Media Unram

(persma underwater, doc. crew media unram) Mau tidak mau kita harus mengakui, kita sempat koma selama periode kepengurusan tahun 2015-2016. Iya, koma. Kondisi dimana kita tak bisa mengendalikan tubuh kita secara maximal. Organ-organ dalam kita masih berfungsi, tetapi kita tidak mampu melakukan hal-hal yang biasanya (seharusnya) kita lakukan. Atau mungkin lebih tepatnya, kita kesurupan! Kondisi dimana, raga kita ditempati oleh “jin”, sementara kita tidak bisa mengendalikan tubuh kita selama bebrapa waktu sampai si jin ngerasa kewalahan sendiri dan mengembalikan tubuh kita. Oh well, pengandaian saya mungkin kurang tepat. Tetapi yang jelas, pengambil alihan sekretariat dan pergantian kepengurusan oleh pihak rektorat secara sepihak tempo hari, mau tidak mau harus kita akui membuat kita (seolah-olah) mati di kalangan banyak pihak. Bagaimana tidak? Setiap turun liputan untuk web, ada saja beberapa kawan yang iseng menanyakan “Loh bukannya Media Unram udah mati ya?” Kan menyeb

Layang-layang yang Terlambat Pulang (Lombok post Minggu, 12 Juni 2016)

Cerpen Novita Hidayani Beberapa hari ini aku melihat sebuah layang-layang yang selalu terlambat pulang. Menjelang magrib, semua layang-layang biasanya akan diturunkan dan pulang bersama pemiliknya ke rumah masing-masing. Tetapi layang-layang itu, meski langit telah menghitam, ia masih saja mengudara. Ia seperti enggan untuk pulang. *** Meski tak pernah dapat memainkannya, sejak kecil aku selalu suka melihat layang-layang terbang di langit. Entah langit sedang sebiru samudera, atau seoranye telur setengah matang. Senang sekali rasanya melihat benda tipis berwarna-warni, kadang berekor panjang itu   mengambang di udara. Kadang diam seperti petapa, kadang meliuk-liuk seperti ular, dan kadang beradu seperti domba Sore ini aku duduk di balkon kamar kontrakkanku. Sudah lama sekali rasanya aku tak melakukan ini, ngemil sambil menyaksikan layang-layang bertebangan di langit. Ditemani burung-burung gereja pada kabel-kabel listrik yang malang melintang di hadapan balkon dan

Hari Bebas Manusia (Suara NTB Sabtu, 4 Juni 2016)

     Cerpen Novita Hidayani      Hari telah pagi ketika aku bangun dan menyadari tak seorangpun ada di rumah. Tak seperti biasanya. Paling tidak jika tak ada ibu yang sibuk menyiapkan sarapan di dapur, jam segini kakakku yang mahasiswi tingkat akhir itu biasanya masih tertidur di ranjangnya yang berada tepat di samping ranjangku. Tapi begitu bangun tadi, ranjangnya telah kosong dengan bantal guling dan selimut yang tertata rapi. Benar-benar tidak seperti biasanya.      Mungkin Ayahku berangkat lebih pagi ke sekolah untuk mengajar, mungkin ibuku pergi ke pasar sedikit lebih lama, dan mungkin kakakku yang pemalas itu memiliki hal penting yang memang mengharuskannya untuk menanggalkan kebiasaan tidur pagi harinya sehari. Masuk akal pikirku. Kemungkinan yang bisa saja terjadi sekali dalam sekian tahun hidupmu. Lalu kuputuskan untuk mandi saja dan bersiap-siap ke kampus mengikuti jadwal kuliahku pukul 7.30 seperti biasa.      Anehnya saat aku baru membuka pintu rumah, k