Aku tahu ada begitu banyak orang yang mengagumi hujan di muka bumi ini. Tapi aku tahu hanya seorang saja yang mengencaninya. Ia adalah seorang gadis berambut wavy bob dengan kulit kemerahan yang seringkali datang ke kafe kecil dan sepi tempatku berkerja untuk kencan dengan kekasihnya. Hujan. Bukan! Hujan bukanlah nama seorang lelaki, atau nama seorang perempuan jika gadis itu seorang lesbian. Gadis yang kerap datang dengan stelan levis biru dan spatu flat berwarna cokelat itu mengaku berkencan dengan hujan sungguhan. Aku hampir menjatuhkan coffee latte pesanannya saat ia menjawab pertanyaan basa-basiku tentang siapa yang tengah ditunggunya saat pertama kali ia datang ke kafe. “Kau terkejut? Hahaha tentu saja! Tak akan ada yang percaya.” Katanya sambil membantuku membenarkan letak nampan di tanganku yang tadi oleng. “Duduklah bersamaku. Hujan kekasihku akan datang setengah enam nanti. Sementara itu, aku bisa menceritakan bagaimana kami bisa menjadi sepas
Tempat terbang di laut lepas dan berenang di langit bebas