Langsung ke konten utama

Nenek 120 Tahun dan Tekonya


Saat gempa berkekuatan 7 skala richter membuat rumah-rumah di sekeliling rumah Puq Jati mulai ambruk, perempuan yang telah berusia 120 tahun itu masih berada di dalam rumahnya.
Fatahul Haziz (30) salah seorang cucunya dengan sigap kembali masuk ke rumah dan menggendong perempuan tertua di desanya itu dan membawanya keluar dari rumahnya. Beruntung, puq Jati berhasil keluar dengan selamat, tanpa terluka oleh reruntuhan rumahnya.
Puq Jati, perempuan tertua di Dusun Orong Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, menurut kesaksian keluarga dan warga di desanya telah berusia 120 tahun.

Menurut keterangan anak ke-7nya, Dahrim yang telah berusia 60 tahun lebih, ibunya tersebut memiliki 9 anak, dimana dua di antaranya telah meninggal dunia. Anaknya sendiri yang telah meninggal diperkirakan berusia 80 hingga 70 tahun lebih.

"Saudara saya ada sembilan, dua sudah meninggal," jelas Dahrim yang dalam kondisi sakit-sakitan.
Puq Jati sendiri sebelum serentetan gempa yang mengguncang Lombok, masih dalam kondisi prima meskipun pendengarannya telah terganggu. Pasca gempa, kondisinya menjadi kurang sehat. Ia tak mampu lagi berjalan dan matanya dirasa sedikit gatal dan berair.

"Kaki saya ndak bisa jalan. Sakit. Habis gempa ndak bisa jalan," tutur Puq Jati sembari menggosok-gosok matanya.

Kini pasca gempa yang telah memporak-porandakan rumahnya, Puq Jati dan seluruh warga di Dusun Orong mengungsi menggunakan terpal-terpal di beberapa titik dan hanya beralaskan tikar tipis di atas tanah lapangan. Bantuan para medis sendiri baru datang seminggu setelah gempa berkekuatan 7 sr pada minggu malam sebelumnya.

Di posko pengungsian, Puq Jati sempat membuat para pengungsi lainnya gempar karena teko airnya tertukar. Meski pendengarannya terganggu, ia masih mengingat dengan jelas barang-barang miliknya, anak-anaknya, serta cucu dan cicit-cicitnya.

"Teko airnya ini pokoknya ndak boleh tertukar. Airnya juga harus terisi penuh. Kalau tidak, Puq Jati bakalan marah-marah. Seperti pas tertukar pertama kali waktu pertama kali mengungsi di sini, kita semua ribut dan sibuk mencarikan teko airnya yang tertukar," cerita Ahmad Tohir, Ketua Remaja Dusun Orong yang juga merupakan tetangga Puq Dahrim.

Puq Jati juga dikenal selalu ceria dalam kesehariannya, meski usianya telah lebih dari satu abad. Ia juga dikenal tidak pernah lupa mengerjakan solat lima waktu di dalam keadaan apapun karena itu ia tak bisa pisah dengan teko airnya.

"Teko air itu harus selalu penuh, harus selalu berada di dekat dia, dan tidak boleh tertukar. Soalnya teko air itu untuk dia wudu. Puq Jati ndak pernah lupa solat lima waktunya," tutur Risa'i, salah seorang cucunya yang kini telah berusia 35 tahun.

Rahasia panjang umur Puq Jati konon karena makanannya. Menurut cucu-cucunya, Puq Jati tidak pernah makan daging-dagingan. Untuk makan sehari-hari, Puq Jati selalu mengkomsumsi umbi-umbian dan sayur-sayuran.

Anak-anak, cucu-cucu, cicit-cicit, dan para tetangganya berharap Puq Jati bisa selalu sehat meski akan tinggal di tenda pengungsian yang dingin selama beberapa waktu. Hingga rumahnya yang telah hancur dapat berdiri lagi dan bencana gempa di Lombok dapat segera berakhir. (nov)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layang-layang yang Terlambat Pulang (Lombok post Minggu, 12 Juni 2016)

Cerpen Novita Hidayani Beberapa hari ini aku melihat sebuah layang-layang yang selalu terlambat pulang. Menjelang magrib, semua layang-layang biasanya akan diturunkan dan pulang bersama pemiliknya ke rumah masing-masing. Tetapi layang-layang itu, meski langit telah menghitam, ia masih saja mengudara. Ia seperti enggan untuk pulang. *** Meski tak pernah dapat memainkannya, sejak kecil aku selalu suka melihat layang-layang terbang di langit. Entah langit sedang sebiru samudera, atau seoranye telur setengah matang. Senang sekali rasanya melihat benda tipis berwarna-warni, kadang berekor panjang itu   mengambang di udara. Kadang diam seperti petapa, kadang meliuk-liuk seperti ular, dan kadang beradu seperti domba Sore ini aku duduk di balkon kamar kontrakkanku. Sudah lama sekali rasanya aku tak melakukan ini, ngemil sambil menyaksikan layang-layang bertebangan di langit. Ditemani burung-burung gereja pada kabel-kabel listrik yang malang melintang di hadapan balkon dan

Whatever just be your self!

Sore itu seperti biasa, aku menghadiri acara kajian rutin yang diadakan oleh sebuah organisasi nirlaba di kota tempat ku menuntut ilmu. Dan seperti biasa aku selalu mendapat bagian tempat duduk pada barisan terdepan, padahal itu bukan karna aku datang paling awal lho, hanya sebuah kebiasaan aneh audience yang kerap ku temui ketika mengikuti kajian serupa; "enggan duduk di barisan terdepan". Aku tak tau alasan tepatnya. Padahal menurutku duduk dibarisan terdepan itu adalah pilihan yang sangat menguntungkan dengan berbagai alasan yang tidak akan ku jelaskan disini. Kenapa? Karna aku akan membahas tentang sang pembicara yang menurutku lebih menarik untuk dibahas. Loh kok?! Emang ada apa sih dengan sang pembicara? Pertanyaan yang bagus! Hehe:p Sejak awal beliau membuka forum kajian sore itu, aku merasa mengenal gesture dan style beliau. Sangat tidak asing, karna setiap minggu malam aku melihat gesture dan style yang sama di televisi tapi dalam sosok yang berb

Dear Ayah

Dear Ayah… Ayah, andai aku seorang lelaki aku akan menjadi bujangmu yang tangguh. Tapi sayang, aku adalah seorang perempuan. Andai aku seorang lelaki yah, aku akan merantau jauh dan enggan pulang sebelum bisa membanggakanmu. Tapi aku terlahir sebagai seorang perempuan yah, putri satu-satunya yang kau miliki. Tidak. Kau memang tidak pernah mempermasalahkan apakah aku seorang lelaki atau perempuan. Tapi ayah izinkan aku membayangkan apa yang bisa ku perbuat ketika aku menjadi bujangmu… Dear Ayah… Kau lakukan segalanya untukku.  Kau pernah bilang “Orang tua tidak akan berkata tidak kepada anaknya, selama mereka sanggup melakukannya.” Dan kau melakukannya. Tak jarang aku mengambil keputusan yang tak sesuai dengan harapanmu. Tapi kau selalu menjadi orang pertama yang mendukungku sekaligus menjadi orang pertama yang akan membuka tangan ketika aku gagal. Ayah… Meski aku seorang perempuan. Aku akan selalu berusaha membanggakanmu. Aku akan menukar semua keringatmu dengan senyum b