Ada yang masih
menanyakan hal itu? Tentu masih banyak, terlepas dari berapa usiamu sekarang. Mau
masih teenager, twentager, atau thirtager, nah loh? Pelanggaran... ma’af saye
tidak bermaksud memperkosa bahasa inggris . Hehe... Maksudnya mau usia kita
masih belasan (remaja), dua puluhan, atau tiga puluhan sekalipun. Faktanya masih
banyak yang belum benar-benar mengetahui apa sih potensi yang ada pada dirinya.
Ya ma’lum saja, kita kan tidak hidup di dunianya Tinkerbell dimana ketika kita
lahir kita sudah bisa mengetahui potensi yang ada pada diri kita. Karena kita umatNya
yang senantiasa diminta untuk berusaha, maka kita harus berusaha mencarinya. Terus
caranya bagaimana?
Sebelum berusaha mencari potensi diri kita. Alangkah baiknya kita tau apa
sih potensi diri itu?
Jadi menurut Wikipedia Enksiklopedia Bebas: Potensi diri
merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah
terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau
dipergunakan secara maksimal.
Jadi kata lain dari
potensi diri itu adalah bakat. Sedangkan saya lebih senang menyebutnya sebagai
kata kunci dari penemuan jati diri.
Nah... beberapa tahun
yang lalu, ketika saya baru mengenakan seragam putih abu. Saya juga pernah
galau akan hal itu. Apa sih potensi yang ada pada diri saya? Apa saya gak
spesial? Bakat saya apa? Jati diri saya apa? Wah... komplex banget kan? Hehe tapi
kata Pak guru biologi saya yang kerap saya ajak diskusi, itu adalah hal yang
wajar. Secara kita manusia pasti rindu untuk mengetahui identitas diri. Betul tidak?
Ayo donk... caranya
gimana??? Oke oke. Ini refrensinya dari Pak guru saya. Cekidot!
SATU!
Siapkan lembaran
kertas. Terserah mau berapa aja yang penting cukup. Gak perlu ngerobek buku
kok. Bisa ditulis dibuku juga hehe... eh pen juga ya pake nulis.^^
DUA!
Buat dua tabel. Nah ditabel
pertama tulis hal-hal yang disuka, mau appaaaaa aja... yang gak masuk akal juga
boleh. Intinya hal yang disuka deh di hidup ini. Sedangkan ditabel kedua tulis
sebaliknya, hal-hal yang gak disuka. Di tahap kedua ini, gak ada waktunya. Jadi
bisa tulis sebanyak mungkin dan selama mungkin. Keluarkan semua isi hatimu^^
TIGA!
Udah nulisnya? GOOD J
sekarang kamu baca ulang deh itu tulisan tanganmu yang rapihnya minta ma’af
itu. Terus analisis kira-kira point mana yang memiliki potensi untuk dikembangi
menjadi profesimu dimasa depan.
Udah tiga tahap itu
saja. Tapi yang paling agak susah memang tahap ketiga, disitu kamu membutuhkan
seseorang yang bisa kamu ajak diskusi atau konsultasi. Contohnya waktu itu dari
tabel yang saya buat. Saya melingkari menulis, nonton film, baca buku,
persentasi materi, bertemu dengan orang-orang berkarakter unik, diskusi,
jalan-jalan, dsb. Dari situ, saya dan Pak guru saya menarik kesimpulan bahwa
saya memiliki potensi dibidang kepenulisan dan penyampaian materi. Dari bidang
kepenulisan itu nanti bisa dikembangi menjadi wartawan atau penulis. Kenapa tidak
sekertaris saja? Karena di tabel berikutnya saya menulis bahwa saya tidak suka
diam di satu tempat dalam jangka waktu yang lama, patokan waktunya 2-3 jam saya
pasti merasa bosan. Selain itu saya juga menulis bahwa saya tidak menyukai
sesuatu yang berurutan. Jadi saya menyimpulkan bahwa saya tidak akan cocok
menjadi seorang sekertaris. Bukan berarti tidak bisa. Bisa saja... tapi saya
tak akan menyia-nyiakan waktu saya dengan pekerjaan yang saya tidak memiliki
passion di dalamnya. Seperti kata Om Mario Teguh di twitternya: “Semakin anda
menikmati pekerjaan anda, semakin ia tidak menjadi pekerjaan. Tapi menjadi hobi”
Nah gimana? Selamat berusaha
mencari ya! Apapun bakatmu kamu tetaplah spesial :)
Lombok,
26th August 2013
Ko' tulisan ini aQ ga' di tag di FB...? :'( | :)
BalasHapusSekarang tulisan Vita udah mulai ke arah non-fiksi2 gitu iya. . .? ^^
Mana yg lebih sulit dek, nulis fiksi ato non-fiksi...?
udah kak deki :)
BalasHapushehe ya gitu kan belajarnya semua jenis.
kalo ditanya lebih sulit mana, keduanya sama-sama menyenangkan asal sy tau apa yg sedang ditulis ^^