Langsung ke konten utama

Sisterku yang cerewet


Tiba-tiba saja aku merindukannya.
Aku merindukan sahabatku itu...
Merindukan saat-saat bersama di islamic boarding school 3 tahun lalu.
3 tahun kita bersama dan 3 tahun pula kita berpisah.
3 tahun itu bukan waktu yg sbentar kan?? untuk sbuah kebersamaan dan perpisahan???
Dan sekarang aku merindukanmu...
Sahbatku yang begitu cerewet.
Apa kabar sekarang?
Terakhir kau memberikanku kabar yg membuatku menangis semalaman, kau mengecewakanku, membuatku merasa bersalah karena tak mampu menjagamu... Kabar terakhir yg membuat hatiku berantakan.
ummm sudahlah...
Nasi memang sudah menjadi bubur,,tapi kau bisa jd bubur yg spesial.:) ku katakan itu berulang dan aku tak ingin membicarakan itu disini. Aku ingin membicarakan tentang kerinduanku padamu.

Aku rindu saat menatap bintang bersama di aula "kabi dobleyu" atau melalui teras mushala "firdaus". Kau menyuruhku memilih satu bintang tapi setiap aku memilih, kau bilang bintang itu sudah ada yang punya. Huft! Akhirnya aku memilih bintang kecil di sebelah utara sana.
Apa kau masih ingat?
Kita biasa membicrakan tentang masa depan, tentang dunia luar yg jarang kita kunjungi, tentang mimpi-mimpi kita, dan tentang cowo-cowo' cakep yang membuatmu bersmangat hihhi
atau saat kita keluar asrama tanpa izin dan malamnya disidang bersama. Hahahaha jiwa kita sama, jiwa pemberontak.

Aku merindukanmu...
walaupun kita rajin debat, berantem, dan kau slalu memarahiku karena terlalu banyak bertanya di kelas membuat kelas kita jadi sering telat pulang. Hahaha:D

ummh aku merindukanmu. Kita masih punya mimpi, ya KAU DAN AKU masih punya masa depan yang cerah. Secerah bintang yg kau pilih.

Aku tak ingin melepasmu lagi, karena aku menyayangimu karena Allah.
-----
kenangan di P0NPES NURUL HAKIM 09.
Untuk sisterku yang cerewet

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layang-layang yang Terlambat Pulang (Lombok post Minggu, 12 Juni 2016)

Cerpen Novita Hidayani Beberapa hari ini aku melihat sebuah layang-layang yang selalu terlambat pulang. Menjelang magrib, semua layang-layang biasanya akan diturunkan dan pulang bersama pemiliknya ke rumah masing-masing. Tetapi layang-layang itu, meski langit telah menghitam, ia masih saja mengudara. Ia seperti enggan untuk pulang. *** Meski tak pernah dapat memainkannya, sejak kecil aku selalu suka melihat layang-layang terbang di langit. Entah langit sedang sebiru samudera, atau seoranye telur setengah matang. Senang sekali rasanya melihat benda tipis berwarna-warni, kadang berekor panjang itu   mengambang di udara. Kadang diam seperti petapa, kadang meliuk-liuk seperti ular, dan kadang beradu seperti domba Sore ini aku duduk di balkon kamar kontrakkanku. Sudah lama sekali rasanya aku tak melakukan ini, ngemil sambil menyaksikan layang-layang bertebangan di langit. Ditemani burung-burung gereja pada kabel-kabel listrik yang malang melintang di hadapan balkon dan

Di Balik Kartu Post dari Istanbul

Hari ini aku dapet kartu post Instanbul dari weddingnya kak fatma sama kak Tony (baca souvenir) walaupun jumat tempo hari batal ikut acaranya :D hahaha sekilas menurutku ga ada yang menarik dari kartu post ini, walaupun emang dibawa langsung dari Instanbul sana. Tapi kan tetep aja aku bisa googling liat fhoto-fhoto Turky. Kan yang ‘moto’ juga di turki sana. Tapi tapi, tunggu dulu… di baliknya ternyata ada puisi!!! :O Trus kalo ada puisi kenapa?   Biasa aja keles .... Eits tapi justru karena dua puisi yang ada di balik kartu post ini yang buat aku melek trus jari-jari jadi gatel buat tulisan kaya’ gini lagi, setelah sekian lama tenggelem dalam naskah yang tak kunjung kelar (dikelarin tepatnya) T.T *curcol mbak .… Well, ini dia dua puisi si biang kerok itu …. (Perhatian! Disarankan baca waktu sendirian, duduk deket jendela sambil liatin bintang gemintang #eaaaaaaaaaaaa) Puisi yang pertama….   akulah Si Telaga berlayarlah di atasnya berlayarlah menyibakka

Whatever just be your self!

Sore itu seperti biasa, aku menghadiri acara kajian rutin yang diadakan oleh sebuah organisasi nirlaba di kota tempat ku menuntut ilmu. Dan seperti biasa aku selalu mendapat bagian tempat duduk pada barisan terdepan, padahal itu bukan karna aku datang paling awal lho, hanya sebuah kebiasaan aneh audience yang kerap ku temui ketika mengikuti kajian serupa; "enggan duduk di barisan terdepan". Aku tak tau alasan tepatnya. Padahal menurutku duduk dibarisan terdepan itu adalah pilihan yang sangat menguntungkan dengan berbagai alasan yang tidak akan ku jelaskan disini. Kenapa? Karna aku akan membahas tentang sang pembicara yang menurutku lebih menarik untuk dibahas. Loh kok?! Emang ada apa sih dengan sang pembicara? Pertanyaan yang bagus! Hehe:p Sejak awal beliau membuka forum kajian sore itu, aku merasa mengenal gesture dan style beliau. Sangat tidak asing, karna setiap minggu malam aku melihat gesture dan style yang sama di televisi tapi dalam sosok yang berb