Dear Ayah…
Ayah, andai aku seorang lelaki aku akan menjadi bujangmu
yang tangguh. Tapi sayang, aku adalah seorang perempuan. Andai aku seorang
lelaki yah, aku akan merantau jauh dan enggan pulang sebelum bisa
membanggakanmu. Tapi aku terlahir sebagai seorang perempuan yah, putri
satu-satunya yang kau miliki. Tidak. Kau memang tidak pernah mempermasalahkan
apakah aku seorang lelaki atau perempuan. Tapi ayah izinkan aku membayangkan
apa yang bisa ku perbuat ketika aku menjadi bujangmu…
Dear Ayah…
Kau lakukan segalanya untukku. Kau pernah bilang “Orang tua tidak akan
berkata tidak kepada anaknya, selama mereka sanggup melakukannya.” Dan kau
melakukannya. Tak jarang aku mengambil keputusan yang tak sesuai dengan
harapanmu. Tapi kau selalu menjadi orang pertama yang mendukungku sekaligus
menjadi orang pertama yang akan membuka tangan ketika aku gagal.
Ayah…
Meski aku seorang perempuan. Aku akan selalu berusaha
membanggakanmu. Aku akan menukar semua keringatmu dengan senyum bahagia suatu
hari nanti. Aku janji, aku akan memiliki semangat yang sama dengan ketika aku
menjadi seorang bujangmu.
Dear Ayah…
Aku bukan tidak besyukur menulis ini, aku hanya sedang
membayangkan apa saja yang bisa ku lakukan dan kuberikan untukmu ketika aku
menjadi seorang lelaki. Tanpa mengurangi sedikitpun rasa syukur menjadi
putrimu…
Camp Al-kautsar, Novita Hidaya
(Tulisan lama)
Komentar
Posting Komentar